Filosofi Etika Socrates: Antara Kebijaksanaan dan Kontroversi
Socrates, seorang filsuf Yunani Kuno yang dikenal karena pandangannya yang tajam dan gaya diskusinya yang khas, memiliki keyakinan mendalam tentang etika dan moralitas yang sampai hari ini terus dipelajari. Pemikiran-pemikirannya laut-pulauseribu.net tentang etika berbeda drastis dari pandangan masyarakat pada masanya, bahkan dari muridnya sendiri, Plato. Tidak jarang pandangannya yang konfrontatif dan provokatif membuatnya dianggap sebagai ancaman bagi tatanan sosial, yang akhirnya membawa Socrates ke pengadilan dan eksekusi.
Keutamaan Adalah Kunci Kehidupan Bermoral
Bagi Socrates, etika adalah esensi dari kehidupan manusia yang benar. Dia menganggap bahwa tujuan hidup bukan sekadar mencari kebahagiaan material atau kesenangan pribadi, tetapi mencapai keutamaan (atau virtue) melalui pengetahuan dan kebijaksanaan. Keutamaan di sini mengacu pada kualitas moral yang membuat seseorang mampu menjalani hidup yang benar. Bagi Socrates, seseorang yang benar-benar mengetahui apa yang benar, akan melakukan yang benar. Dengan kata lain, kebodohan adalah akar dari kejahatan, karena seseorang yang tidak memahami apa yang benar pasti akan tersesat dan melakukan tindakan yang tidak bermoral.
Pandangannya ini berlawanan dengan pemikiran umum yang menyatakan bahwa seseorang bisa tahu apa yang benar namun memilih untuk melakukan sebaliknya. Bagi Socrates, setiap tindakan jahat adalah hasil dari ketidaktahuan, bukan pilihan sadar. Ini adalah sudut pandang yang radikal, seakan menyatakan bahwa para kriminal bukanlah orang jahat, tetapi orang yang tidak tahu jalan yang benar.
Etika Berdasarkan Dialog dan Pertanyaan
Socrates tidak pernah memberikan jawaban pasti atau menulis karya tentang apa yang benar atau salah. Sebaliknya, ia lebih suka bertanya dengan metode yang kini dikenal sebagai “Metode Socrates” atau “dialektika”. Metode ini melibatkan dialog intens di mana ia menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang mendorong orang untuk berpikir kritis tentang keyakinan mereka. Tujuan dari pertanyaan-pertanyaan ini bukan untuk mencari kesalahan, tetapi untuk membantu orang menemukan pemahaman yang lebih mendalam tentang keadilan, keberanian, dan kebenaran.
Metode ini sering memancing kemarahan dan kebingungan dari lawan bicara Socrates, karena Socrates sering menunjukkan bahwa kebanyakan orang hidup dengan pemahaman yang dangkal dan asumsi yang salah. Ia percaya bahwa mencari kebenaran melalui dialog adalah jalan untuk mencapai kehidupan yang bermoral, meskipun itu berarti harus meruntuhkan keyakinan yang telah lama dipegang orang.
“Kebajikan adalah Pengetahuan”: Kontroversi dan Dampak Pemikirannya
Pernyataan paling kontroversial Socrates mungkin adalah klaim bahwa “kebajikan adalah pengetahuan.” Baginya, seseorang yang tahu apa yang benar akan selalu berbuat baik. Konsekuensinya, jika seseorang melakukan kejahatan, itu berarti mereka tidak tahu apa yang benar. Pemikiran ini menantang ide moralitas masyarakat Yunani saat itu, yang lebih fokus pada tata aturan dan hukuman. Dalam pandangan Socrates, keadilan sejati hanya dapat dicapai dengan pengembangan diri dan pencarian kebenaran.
Karena keyakinannya yang sangat berbeda dan menantang norma, Socrates akhirnya diadili dengan tuduhan “merusak moral generasi muda” dan “tidak menghormati dewa-dewa kota”. Hukuman mati yang dijatuhkan kepadanya mencerminkan betapa berbahayanya pemikiran yang dianggap “provokatif” pada masanya. Namun, meskipun hidupnya berakhir tragis, warisan etika Socrates tetap hidup. Pemikirannya terus menantang kita untuk mempertanyakan apakah kita benar-benar hidup secara etis atau hanya mengikuti aturan tanpa memahami maknanya.
Dalam esensinya, ajaran etika Socrates menegaskan bahwa kehidupan yang baik adalah kehidupan yang dipandu oleh pencarian tanpa henti akan kebenaran dan kebijaksanaan, meskipun itu berarti melawan arus dan menghadapi konsekuensi yang berat.
Join The Discussion